Gunung Sempu
Home » , » Sunnah Menyebut Nama Asli Sebagai Identitas Diri

Sunnah Menyebut Nama Asli Sebagai Identitas Diri

Written By Unknown on Rabu, 03 Oktober 2012 | 23.57




Beberapa faedah dari pelajaran ust Aris Munandar -hafidhzohullah- saat menjelaskan hadits2 dalam kitab Riyadussholihin'' karya Imam Nawawi -rahimahullah- tadi ba'da dhuhur di pendopo ma'had Hamalatul Quran Jogjakarta

hadits no. 880,
Dari Abu Dzar -rdhiyallahuanh- dia berkata : " Aku keluar pada suatu malam , ternyata ada Rasulullah berjalan seorg diri, maka aku sengaja berjalan di bawah bulan, l
alu beliau menoleh dan melihatku , maka beliau bertanya : " Siapa i..?" Aku menjawab : " Abu Dzar. " (HR. Bukhori&Muslim)


FAEDAH

1. Adalah termasuk sunnah manakala seorang ditanya tentang siapa dia , kmd dia menjawab dengan menyebutkan nama aslinya atau dengan nama kunyahnya (seperti Abu fulan, Ummu fulan, atau Ibnu fulan)
dengan syarat ,
nama kunyah tersebut dikenal oleh banyak orang , jika tidak ada yg mengenal nama kunyahnya kecuali hanya beberapa orang saja atau bahkan hanya dirinya saja ,maka dilarang baginya menggunakan nama kunyah sebagai identitasnya.
Adapun jika nama kunyahnya dikenal oleh banyak orang atau bahkan lebih masyhur dari pada nama aslinya ,maka boleh baginya menggunakan nama kunyah sebagai identitas dirinya. Sebagaimana yg terjadi pada para Sahabat Nabi -radhiyallahuanhum- ,diantara mereka ada yang nama kunyahnya lebih masyhur dari pada nama aslinya, seperti Abu Bakr, Abu Dzar, Abu Hurairah -radhiyallahuanhum-.
Semua kaum muslimin tau siapa itu Abu Bakr. Namun mereka belum tentu tau nama asli beliau , nama asli belaiu adalah Abdullah, begitu juga dg Abu Dzar, semua kaum muslimin mengenalnya, namun sedikit skali dari mereka yg tau, siapakah nama aslinya .? nama asli beliau adalah Jundub bin Junadah , begitu juga dg Abu Hurairah, yang namanya seringkali mengiringi hadits2 Nabi -shallallahualaihiwasallam, beliau memiliki nama asli ; Abdurrahman bin shakhr.
Diantara dalilnya juga adalah hadits Ummu Hani berikut.
Dari Ummu Hani (beliau adalah sepupu Rasulullah, putri paman beliau Abu Tholib) -radhiyallahuanha- dia berkata : " Aku mendatangi Rasulullah -shallallahualaihiwasallam- sedangkan beliau sedang mandi, dan Fathimah menutupinya dengan kain, beliau bertanya: " siapa ..?" saya pun menjawab : " Saya Ummu Hani" . (HR. Bukhori&Muslim)

2. Hadits di atas dalil, bahwa Rasulullah -shallallahualaihiwasallam - tidak mengetahui hal yg ghoib, dijelaskan dalam hadits Abu Dzar di atas, Rasulullah bertanya ''siapa.?" ,baru setelah Abu Dzar menyebutkan kun-yahnya Rasulullah mengenalnya.
Hal ini menunjukkan batil nya seorg yg mengatakan '' buat apa ngga' isbal, kalau maksudnya sombong'', atau seorg mengatakan tentang kawannya yg rajin ibadah & istiqomah di atas kebaikan ''dia tuh sok suci aja.." , karena perkara ini adalah perkara hati yg berhubungan dg niat seseorg , tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah ta'ala. Maka kita katakan kepadanya : "Jika Rasulullah saja tidak mengetahui perkara yg ghoib , apakah anda lebih mengetahui dari pada Rasulullah mengenai perkara yg ghoib, sehingga anda mengatakan demikian..?! Apakah anda lebih tau dari Rasulullah..?! apakah anda lebih aliim dari Rasulullah,sehingga berani mengatakan demikian.. ?!
Dan diantara batilnya perkataan seperti itu adalah, bahwa ia termasuk dalam perbuatan berburuk sangka kepada saudaranya , yg dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya.

Anshori, Gunung Sempu, Ma'had Hamalatul Quran Jogjakarta
, 27 September 2012
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar
untuk komentar bagi yang belum memiliki accaunt pilih select profile dan klik Anonymous

 
Support : Creating Website | |
Copyright © 2011. gunung sempu - All Rights Reserved
Template Created by Published by Khandar
Proudly powered by Blogger