A.
Muqaddimah
Di antara sekian banyak faham sesat yang menjangkit di
Nusantara adalah faham shufi ekstrim macam wihdatul wujud atau manunggaling
kawulo gusti. Memang faham ini sekali-kali tidak pernah diajarkan oleh Islam,
akan tetapi ia berasal dari ajaran Hindu-Budha atau filsafat Yunani yang
kemudian 'dibajak' ke dalam Islam. Karena sesatnya yang begitu jauh, sehingga
faham ini pu banyak membuat resah ditengah masyarakat termasuk yang terjadi di
Kasultanan Banjar abad ke-12 H sehingga membuat sulthan merasa harus bertindak
tegas menghadapi kenyataan semacam ini. Ketegasan sulthan dibuktikan dengan
memberikan hukuman mati kepada penganutnya atas fatwa Syaikh Al Banjari.
B. Biografi Ringkas
Ulama kenamaan asal Banjarmasin ini bernama lengkap
Muhammad Arsyad bin 'Abdullah Al Banjari Asy Syafi'i rahimahullah. Lahir pada
13 Shafar 1122 H di Luk Gabang, Kec. Astambul, Kab. Banjar, Kaltim dari rahim
seorang Fathimah.
Al Banjari belajar sekitar 30 th. di Makkah, 5 th. di
Madinah, dan beberapa waktu di Mesir bersama tiga shahabatnya yang juga berasal
dari Nusantara, 'Abdush Shomad Al Falimbani, 'Abdurrohman Al Batawi, dan 'Abdul
Wahhab Al Bughisi. Beberapa tahun sebelum ia kembali ke Nusantara, diriwayatkan
dia sudah mengajar santri-santri di Masjid Al Haram dan berfatwa.
Di antara guru-gurunya Al Banjari adalah:
1. Muhammad bin Sulaiman Al Kurdi
2. 'Athoullah
3. Muhammad bin 'Abdul Karim Al Marani
4. 'Abdurrahman bin 'Abdul Mubin Pauh Bok Al Fathani
5. Muhammad Zain bin Faqih Jalaluddin Aceh
6. Al Musnid Muhammad 'Aqib bin Hasanuddin Al Falimbani
Setelah sekian lamanya melawat ke Timur Tengah dalam
rangka thalabul 'ilmi, Al Banjari merasa terpanggil untuk berdakwah dan
menyebarkan ilmunya di tanah kelahirannya. Di sini beliau diangkat sebagai
qadhi & mufti Kerajaan Banjar yang memang tempat di mana ia dibesarkan.
Di antara karya tulis Syaikh Al Banjari adalah:
1. Sabilul Muhtadin lit Tafaqquh fi Amrid Din. Sebuah
kitab fikih dalam bahasa Arab-Melayu. Kitab ini dicetak beberapa kali di Makkah
-kemungkinan besar oleh Syaikh Ahmad Al Fathani-, Cairo oleh Mathba'ah Isa Al
Halabi, Istanbul, Beirut oleh Darul Fikr, dan tentunya di beberapa daerah di
Nusantara. Cetakan-cetakan yang beredar itu kebanyakan disertai tashih &
sya'ir taqrizh (sanjungan) Syaikh Ahmad Al Fathani.
2. Kanzul Ma'rifah (Pebendaharaan Makrifat).
3. Tuhfatur Raghibin fi Bayani Haqiqah Imanil Mu'minin
wa Ma Yufsidu min Riddatil Murtadin (Hadiah Buat Para Pecinta Berupa Penjelasan
Hakekat Imannya Kaum Mukminin dan Apa yang Merusaknya). Ditulis th. 1180 H.
4. Al Qaulul Mukhtashar fi 'Alamatil Mahdil Muntazhar
(Bahasan Ringkas Mengenai Tanda-Tanda Kedatangan Imam Mahdi yang Dinanti)
5. 'Ilmu Ushuliddin
6. Kitab An Nikah
7. Kitab Al Faraidh (Kitab Ilmu Waris)
8. Tuhfatul Ahbab
9. Hasyiyyah Fathul Jawwad karya Ibnu Hajar Al Haitami
10. Salinan Al Quran
11. Luqthotul 'Ajlan fil Haidh wal Istihadhoh wan Nifas
wan Nisyan
12. Bulughul Marom
C. Juhudnya [Jasa] dalam Memberantas 'Aqidah Sesat
& Menyimpang
Kasus yang terjadi pada diri seorang Al Hallaj,
penganut faham wihdatul wujud, ternyata juga terjadi di beberapa tempat di
Nusantara. Terlepas dari perdebatan sah tidaknya riwayat-riwayat itu, di daerah
Banjar juga terjadi kasus serupa.
Alkisah, seorang penganut dan penyebar faham
manunggaling kawulo gusti bernama Haji 'Abdul Hamid. Di antara faham yang ia
ajarkan adalah, "Tiada maujud melainkan Dia, tiada wujud yang lainnya.
Tiada aku, melainkan Dia dan aku adalah Dia..." Tentu ini adalah ajaran
yang disebarkan oleh tokoh-tokoh sebelumnya seperti Al Hallaj, Abu Yazid Al
Busthami, Ibnul Faridh, Ibnu 'Arabi (bukan Imam Abu Bakar bin Al 'Arabi Al
Maliki penulis 'Aridhatul Ahwadzi syarh Jami' At Tirmidzi & Ahkamul Quran),
dll.
'Abdul Hamid juga mengajarkan bahwa pelajaran yang
selama ini dipelajari (baca: syariat) hanyalah kulit saja belum sampai tingkat
isinya (baca: haqiqat). Tentu ini adalah salah satu ajaran menyimpang shufi
yang membagi agama menjadi kulit & inti.
Ketika Haji 'Abdul Hamid dipanggil sulthan untuk
menghadap, ia malah berkata, "Di sini tidak ada Haji 'Abdul Hamid, yang
ada adalah Tuhan." Ketika suruhan kedua datang memanggil 'tuhan' supaya
datang ke Istana, ia menjawab, "Tuhan' tidak bisa diperintah."
Akhirnya, atas fatwa dan nasihat Syaikh Muhammad Arsyad bin 'Abdullah Al
Banjari, Sulthan mengambil keputusan untuk menghukum mati Haji 'Abdul Hamid
karena faham sesatnya yang sampai sedemikian jauh.
Di sini kita bisa lihat ketegasan fatwa Syaikh M.
Arsyad Al Banjari dalam menyikapi kaum sesat dan menyimpang. Menurutnya, hal
semacam ini sudah tidak perlu ada toleransi, kompromi, atau tawar-menawar lagi.
Penganut semacam ini sudah tidak lagi layak untuk menginjakkan kakinya di muka
bumi ini, terlebih jika ia sampai menyebarkannya di tengah kaum muslimin.
Bentuk lain yang dilakukan Syaikh Muhammad Arsyad Al
Banjari rahimahullah dalam memberantas firqah bid'ah sesat adalah dengan
menulis kitab Tuhfatur Raghibin. Di akhir pembahasan kitab ini, beliau
menyebutkan (baca: mentahdzir)enam induk firqah sesat.
Syaikh Al Banjari rahimahullah berkata dalam kitabnya
itu, "Hubaya-hubaya, hai saudaraku yang beriman! Wajib arasmu beri'tiqad
dengan i'tiqad Ahlussunnah wal Jama'ah, yaitulah jalan Nabi Allah, shahabatnya,
dan segala mereka yang mengikuti mereka itu hingga kiamat. Dan wajib atasmu
menjauhi sekalian i'tiqad bid'ah yang sesat [seperti] i'tiqad kaum yang tujuh
puluh dua (72) yang tersebut bilangan mereka itu di dalam hadits yang
tersebut."
Setelah itu beliau menyebutkan gembong-gembong firqah
sesat yang darinya. Beliau berkata, "[Kata] segala ulama Ahlussunnah wal
Jama'ah, 'Bahwa kaum yang tujuh puluh dua (72) kaum itu asalnya enam (6) kaum
jua, yaitu:
1. Kaum Rafidhah
2. Kaum Kharijiyyah
3. Kaum Jabariyyah
4. Kaum Qadiriyyah
5. Kaum Jahimiyyah
6. Kaum Murjiah
Refrensi:
Steenbrink, Karel A. 1984. Beberapa Aspek Tentang Islam
di Indonesia Abad Ke-19. Jakarta: Bulan Bintang
Azra, Azyumardi. 2004. Jaringan Ulama Timur Tengah dan
Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Al-Banjari, Muhammad Arsyad. Ttp. Tuhfatur Raghibin fi
Bayan Haqiqah Imanil Mu'minin. Tidak diterbitkan
Dll.
Firman Hidayat, September
2012,Gunung Sempu, Kasihan, Bantul, Jogjakarta
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar
untuk komentar bagi yang belum memiliki accaunt pilih select profile dan klik Anonymous